Foto: Kento Kawaharazuka dkk (2024)
Jakarta, tvrijakartanews - Sebuah robot humanoid yang dapat mengemudikan mobil suatu hari nanti dapat digunakan sebagai sopir, meskipun penciptanya mengakui bahwa hal ini mungkin memerlukan waktu setidaknya 50 tahun.
Dilansir dari New Scientist edisi (18/06) kebanyakan mobil tanpa pengemudi bekerja sangat berbeda dengan pengemudi manusia, menggunakan kecerdasan buatan dan sistem mekanis khusus untuk menggerakkan roda kemudi dan pedal secara langsung. Pendekatan ini jauh lebih efisien dan sederhana dibandingkan menggunakan robot humanoid untuk mengemudi, namun pendekatan ini juga disesuaikan untuk setiap mobil tertentu.
Kento Kawaharazuka di Universitas Tokyo dan rekan-rekannya telah mengembangkan robot humanoid bernama Musashi yang dapat mengendarai mobil seperti manusia. Ia memiliki kerangka dan otot mirip manusia, serta kamera di setiap matanya dan sensor gaya di tangan dan kakinya. Sistem kecerdasan buatan menentukan tindakan apa yang diperlukan untuk mengemudikan mobil dan bereaksi terhadap kejadian seperti lampu lalu lintas berubah warna atau seseorang melangkah di depan mobil.
Saat ini robot hanya dapat melakukan tugas mengemudi dalam rentang terbatas, seperti maju dalam garis lurus atau berbelok ke kanan, bergerak dengan kecepatan sekitar 5 kilometer per jam di jalan non-umum. Namun, Kawaharazuka berharap setelah sistemnya ditingkatkan, ia akan dapat bekerja di mobil mana pun, sehingga berguna ketika robot humanoid diproduksi secara rutin.
“Kecepatan pedal atau kecepatan mobil tidak tinggi. Pengendalian mobilnya juga tidak cepat dibandingkan manusia. Saya tidak melihat 10 atau 20 tahun ke depan, tapi saya melihat 50 atau 100 tahun lagi,” kata Kawaharazuka.
Jack Stilgoe dari University College London mengatakan, studi ini berpotensi menarik bagi orang-orang yang mengembangkan robot humanoid, namun tidak memberi tahu banyak tentang mengemudi otonom.
“Mobil self-driving tidak boleh dan tidak boleh mengemudi seperti manusia. Teknologi ini tidak harus bergantung pada anggota badan dan mata sehingga dapat menemukan cara lain yang lebih aman dan berguna untuk bergerak di dunia, dengan mengandalkan peta digital dan infrastruktur khusus,” kata Jack.